3.11.2009

Renungan Diri


Beberapa hari tidak bisa beraktivitas di dunia maya --lantaran inet sedang amat sangat lelet-- ternyata ada hikmahnya. Bunda ikut sebuah aktivitas yang pada intinya mengingatkan betapa diri ini harus senantiasa rajin introspeksi.
Bayangkan, dalam kehidupan sehari-hari sepertinya semua urusan lebih dominan yang berkaitan dengan masalah duniawi. Semua ingin dikerjakan seolah tak ada lagi waktu untuk istirahat, tak ada waktu untuk hal-hal lain selain kerja, kerja dan kerja.
Sementara itu ada hak tubuh kita yang terabaikan. Melewatkan waktu makan, atau menunda-nunda makan, kurang tidur dan kurang bersosialisasi dengan lingkungan. Semua itu adalah karena kita begitu mengedepankan kerja sebagai yang terpenting. Lupa bahwa tubuh punya hak untuk diberi makan, butuh istirahat, butuh relaksasi dan pergantian suasana.
Namun satu hal yang paling membuat bunda terhenyak adalah saat diingatkan bahwasanya yang teraniaya oleh perilaku kita seperti ini sejatinya adalah ruhani kita. Lho kok begitu?

Tahukah sobat, sehari semalam sejak jaman dulu sampai sekarang dan sampai besok-lusa dan besoknya lagi..tetap hanya 24 jam per hari. Waktu 24 jam itu kita pakai untuk bekerja, istirahat, bersosialisasi, berkomunikasi dalam keluarga.
Tapi ternyata tak cukup hanya itu.

Allah mengingatkan agar Rasulullah menyingkirkan selimut untuk bangun shalat malam dan tilawah. "Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari. kecuali sedikit (daripadanya), yaitu seperduanya, atau kurangi dari seperdua itu sedikit... Dan bacalah Al Qur'an itu perlahan-lahan." (Al Muzzamil 1-4)
Detik detik sunyi itu sangat mahal, sobat. "Sesungguhnya di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di waktu itu lebih berkesan Al Muzzamil 6.

Sunyi saat itu mampu melembutkan hati. Setiap ayat mampu menembus dan meresap merasuk ke setiap relung kalbu. Menembus pekatnya dinding dosa yang melekat dalam dada.
"Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak) Al Muzzamil:7.
Karena di waktu sunyi, kita dapat introspeksi diri. Kita dapat menangisi dosa diri. Kita mampu menuding diri. Kita pun mampu merendahkan jiwa yang biasa disanjung di siang hari. Kita pun mampu memotret dengan zoom yang paling detil bagaimana borok-borok yang mengotori hati.

Malu...sungguh malu bersimpuh didepanNya sebagai hamba yang papa. yang belum mampu berbuat apa-apa. Bahkan sampai kini belum mampu membahagiakan ibu dan bapak kita sobat. Ibu yang tak pernah terdengar keluhkesahnya dalam melayani anak-anaknya. Tanpa sadar mungkin pernah muncul rasa sebal pada ibu yang dianggap hanya mengusik kesenangan diri kita. Ayah yang kita anggap terlalu streng hanya karena melarang kita ikut-ikutan "dugem" seperti teman sebaya lainnya.

Upaya untuk menjadi orang baik dan disayang Allah ibarat pendakian ke atas gunung yang tinggi. Semakin ke atas semakin sunyi, sepi. Tetapi udara di atas sana semakin bersih, sejuk. Ada kekuatan dahsyat di balik kesunyian itu. Maka tidak setiap kesunyian selalu menghadirkan kesepian lara. Namun justru kita perlu mencoba dan mencoba untuk melakukan segala aktivitas kebaikan meski sunyi, sepi, sendiri.

Kapankah kita pernah rindu menjadi kekasih Allah. Layaknya rindu seorang kekasih, yang ingin bermesraan berlama-lama hanya berdua dengan sang kekasih. Berdua-dua untuk mengadukan segala permasalahan kepadaNya dengan sambungan langsung jarak jauh melalui doa bermunajat kepadaNya.




31 komentar:

  1. Terima kasih bunda untuk renungan hari ini, kalau kita pikir, memang hampir seluruh kegiatan kita dihabiskan untuk masalah duniawi, terutama perut.

    BalasHapus
  2. yaampun, saya tersentil dengan postingan ini bunda.
    sekarang saatnya buat intropeksi diri :).
    Postingan yang membuat adem banget.

    Makasih ..

    BalasHapus
  3. Aku tertegun dengan lantunan suara yang menyuarakan syair indah tanpa mampu untuk dibendung keluar jauh dari pikir. Terima kasih.

    BalasHapus
  4. hehee... abis ceramah , bunda bloggwalking ya....

    jadi malu sendiri nih baca postingan bnda jam sgini...

    BalasHapus
  5. sedikit tertahan mata yang ingin meneteskan air keterharuan,.....1 point bun, menyentuh untuk belajar introspeksi.

    BalasHapus
  6. Bunda,

    Betapa malunya kita manusia, mengaku menjadi kekasih Allah tapi lakunya seolah-olah kita tidak langsung rindu dan ingat pada kekasih sendiri...

    Thanks for this posting. Benar-benar menginsafkan!

    BalasHapus
  7. Betul sekali bunda,
    betapa hanya malam hari bisa membuat kerinduan itu makin dalam, karena himpitan duniawi yang makin lama semakin keras ini, semoga Dia memaafkan ...

    BalasHapus
  8. Makasih bunda mengingatkanNya...:)
    Ada baiknya kita mengatur waktu yang 24 jam itu dengan proporsional, untuk kebutuhan jasad dan kebutuhan ruh...

    BalasHapus
  9. Tak ada kata yang mampu diucapkan....hanya dalam hati yang mebuatku bergumam......bilamana seorang ibu mengingatkan anaknya untuk selalu berserah dan menyadari segala sesuatu yang benar ataupun salah...itu adalah engkau bunda....terimakasih untuk postingan yang indah hari ini...muachhhhh

    BalasHapus
  10. emang neh bunda kalo post
    pasti sarat moral
    :)

    keep update bunda

    BalasHapus
  11. Speechless....

    Terima kasih bunda, telah mengingatkan....

    BalasHapus
  12. terima kasih Bunda telah mengingatkan aku akan hal2 yang penting dan bermakna dalam ini. salam kenal dan hormat selalu.

    BalasHapus
  13. sangat sufistik bunda... great post.. sy suka pd paragraf ke dua terakhir

    " Maka tidak setiap kesunyian selalu menghadirkan kesepian lara. "

    BalasHapus
  14. subhanallah... bunda. saya sangat terharu... benar sekali apa yang buda tuliskan dalam renungan ini. saya pun merasa terlalu banyak bergelut dengan hal2 duniawi... padahal, saya sudah hidup dalam linkungan pondok pesantren. semoga untuk selanjutnya kita dapat lebih introspeksi diri dan lebih banyak mendekatkan diri pada Allah... AMIN...

    BalasHapus
  15. diriku terlalu banyak mengabdi pada internet bund...duuuuuh parah

    BalasHapus
  16. makasih sharingnya bunda....saya sangat suka

    BalasHapus
  17. makasih sharingnya bunda, kadang malam terlewati begitu saya tanpa Kekasih..

    BalasHapus
  18. bunda... saya jadi malu sama diri sendiri...
    saya jd ngerasa banyak banget berbuat dosa terutama terhadap kedua orang tua... ya Tuhann... ampuni hamba...

    BalasHapus
  19. terimakasih, Bun.
    aku masih jauh dariNya..masih.. :-( terimakasih

    salam

    BalasHapus
  20. Nyess...hati terasa adem baca postingannya Bun. Makasih untuk tausiyahnya...

    BalasHapus
  21. Hmmmmm..sungguh daku tersentuh membaca sebuah renungan yang sangat menyentil diriku yang kadang lupa dengan kekasih sejatiku "ALLAH".
    makasih untuk semua usaha yang mencerahkan sesama...sungguh terima kasih

    BalasHapus
  22. terimakasi telah mengingatkan yah bunda:)
    wen dah lama gak bangun malam nih bun hiks soalnya sering telat tidurnya

    BalasHapus
  23. sebuah renungan malam hari.....emang Bun kita tuh sll 'memperkosa' diri kita dengan urusan duniawi

    BalasHapus
  24. Salam kenal,
    Bunda mengingatkan ibu saya yang ada di rumah, kata kata bunda persis seperti yg diucapkan ibu saya,

    saya selaku pribadi juga sebagai seorang Mahasiswa yang merantau di Bandung, hidup sendiri tanpa keluarga yg menemani, dan hanya teman2 kosan yg kadang2 buat saya iri karena mereka suka di kunjungi keluarganya yg pastinya berbeda jauh kondisi nya dgn saya,

    memang bunda selama saya kuliah saya suka tidur malam bahkan hidup serasa terbalik (siang jadi malam dan sebaliknya), itu karena tuntutan hidup saya sebagai mahasiswa yg sgt bnyk sekali tugas dan beberapa pekerjaan, tapi terkadang saya sendiri sulit mengendalikan nya,

    Mudah mudahan dengan membaca artikel postingan di blog bunda ini saya bisa lebih cekatan dan lebih bs memperhatikan pada diri saya sendiri dan lebih bs mendekatkan diri kpada Alloh s.w.t.

    Sukses selalu buat bunda

    BalasHapus
  25. salam kenal bunda :)
    iya bunda makasih banget yah udah ngingetin. beberapa hari ini kebangun tapi lanjut tidur terus, hehehe.

    BalasHapus
  26. emang semuakejadian ada hikmahnya koq

    BalasHapus
  27. terimakasih kunjungannya dan komen ke blog saya bunda. salam kenal.

    BalasHapus
  28. Posting yang menyejukkan bunda ...

    Melalui introspeksi kita akan mampu menemukan makna dari setiap tujuan hidup yang kita miliki
    dan akan semakin memastikan, apakah tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya sudah terarah atau belum.

    Kadang2 dalam hidup ini kita selalu berada diluar jangkauan logika. Dibagian tersebut hanya intropeksi diri dan keikhlasan yang bisa menundukkannya.

    Salam

    BalasHapus
  29. @ abang : betul bang, Insya Allah untuk selalu menjadi tuntunan dlm pengendalian diri.
    makasih. salam hangat

    @ cah pesisiran : makasih kembali mas

    @ mrpall : memang begitu dan semoga menjadi pencerahan

    @ ikeys : terimakasih kembali, sayang.

    @ anime7graphic : syukur alhamdulillah bisa menjadi ibrah. bunda pada intinya mengingatkan pada diri sendiri juga. salam sukses juga untukmu ananda.

    @ Anna d'TeepZ : memperkosa diri tapi kok mau ya...

    @ namaku Wendy : terimakasih kembali dear Wendy. bunda juga ikut menyentil diri sendiri kok.

    @ KABASARAN : terimakasih juga sudah bersedia mampir dan membaca. Intinya kita sama-sama saling mengingatkan ya bang.

    @ Ajeng : syukron Ajeng sayang. bunda ga bermaksud menggurui karena bunda juga masih terus belajar dari hidup ini

    @ ADVINTRO : jangan bilang masih jauh, setidaknya mulai berusaha mendekatkan diri dan menjadi kekasihNya. sama sekali tidak merugikan. Cobain deh

    @ genial : alhamdulillah, semoga makin sayang sama mama-papa dan makin cinta kepadaNya. amin

    @ mama hilda : manusia itu tempatnya salah mama hilda. bunda pun jauh dari sempurna. tugas kita saling mengingatkan. setidaknya bunda juga dalam rangka menyentil diri sendiri. salam hangat dariku utk mama hilda

    @ david : terimakasih kembali David. alhamdulillah

    @ Cebong Ipiet : sepertinya ga parah-parah amat jeng.. sing penting penjenengan niku eling tho.... maturnuwun..ngapunten nggih

    @ fahrizal : setidaknya dengan adanya filter diri kita semakin tahu jati diri kita yang sesungguhnya hendak dibawa kemana. kita ini kan hanya seonggok daging tak berarti mas

    @ jaloee : betul banget kang jaloee.. rasa lara itu karena kita masih menggunakan pikir bukan rasa dalam ruh

    @ Sang Cerpenis : terimakasih kembali sayang. bunda ga bermaksud menggurui. bunda cuma mengeluarkan unek2 apa yg bunda rasakan ketika usai pelatihan pekan lalu.

    @ dhie : terimakasih kembali sayang. semoga dapat mengambil hikmahnya

    @ Rusa Bawean : ah bisa aja. bunda cuma menuturkan apa yg dirasakan saat usai pelatihan itu, betapa diri ini begitu kerdilnya.

    @ brown sugar : maka bunda pun menghadiahimu sebuah pelukan sayang dan ciuman hangat di kedua pipimu...muah muah

    @ Umi Rina : betul umi Rina. masalahnya manusia modern yg mengedepankan disiplin itu seringkali cenderung utk duniawi semua. saya sendiri pun masih banyak belajar kok umi.

    @ suryaden : betul bang. Allah tidak membebankan hal yang kita tidak sanggup untuk memikulnya, namun manusia pula yang perlu menakar diri sudahkah kita berlaku bijak terhadap kebutuhan diri yang fisik dan yang batin

    @ Tirana : Tirana sayang, bunda banyak becermin ke dalam diri, betapa selama ini sudah banyak waktu tersia untuk hal duniawi. hak-hak ruhani banyak terabaikan. alhamdulilah kita masih diberi umur untuk dapat saling mengingatkan.

    @ Bang Ir : terimakasih bang Ir. bunda mencoba membaca ke kedalaman diri dan lahirlah posting ini.

    @ Sang Penyamun : betul sekali bang, bunda habis ikut pelatihan dan membuat diri bunda malu kepada Kekasih yg jarang dikunjungi saat SLJJ kpdNya tanpa biaya alias gratis.

    @ JONK : gapapa tersentil, yang penting adalah apa yang akan dilakukan setelah tersentil.. ya ngga

    @ Erik 12391 : makasih bang Erik... sesungguhnya bunda sampai nangis sesenggukan saat menulis postingan ini. teringat belum banyak menabur kebaikan dan menebar pahala.
    salam hangat

    BalasHapus
  30. semakin tinggi, udara semakin tipis, suhu semakin dingin dan diri semakin sadar bahwa pertaruhan semakin berat; akankah berhasil ataukan mati. Apakah anda suka dengan pertaruhan?

    BalasHapus

sobat Bunda semua, terimakasih sudah bersedia meninggalkan komentar. Mau nyampein kritik juga boleh... Monggo tak perlu ragu-ragu.
Jika ada kekeliruan, mohon dimaafkan yaaa